UNTAIAN KATA - Skripsi is Skripshit? #DEAR SKRIPSI TROOPERS

Hi, All! Gimana kabar kalian? Semoga tetap sehat dan baik-baik aja, ya... 

Tulisan ini aku tujukan untuk para pejuang skripsi, mungkin bisa menjadi refleksi dan pemantik semangat untuk kembali mengerjakan dan menyelesaikan skripsi. 

Dear Skripsi Troopers,

Gimana kabar skripsi kalian? Lancar, tersendat-sendat, atau bagaimana? atau mungkin sudah ada yang berhasil menyelesaikannya? Pertanyaan-pertanyaan yang sensitif di kalangan mahasiswa tingkat akhir, selain pertanyaan nikah, tentunya 😂

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, keberatan, atau mengeluh kenapa skripsi ini harus ada. Kalian mungkin banyak mendengar cerita orang kalau skripsi begitu sulit dan meresahkan, bahkan ada yang sampai menangis dan menyerah sehingga kalian takut untuk menghadapinya. Namun, kita dihadapkan dengan aturan mutlak dimana skripsi memang harus menjadi bagian dari kehidupan perkuliahan kita. 

Aku banyak mendengar cerita orang tentang bagaimana skripsi itu. Ada yang sampai menangis dan ada yang sampai tidak menyelesaikannya. Semengerikan itu ya? Aku bahkan sempat berpikir untuk tidak melewati skripsi ini 😫

Saat kepala sudah dipenuhi banyak ketakutan dan kecemasan mengenai skripsi ini, ternyata, saat sudah berada dalam proses pengerjaan, skripsi tidak semenakutkan itu, tergantung bagaimana kita mengatur otak, emosi, semangat, dan kinerja kita. Benar, proses ini tak terlepas dari adanya kendala, seperti jenuh, malas, mengeluh, dll. Dan memang benar juga, rasa syukur muncul mayoritas saat kita melihat kondisi orang lain yang lebih sulit sehingga tidak lagi merasa bahwa masalah kita adalah yang paling berat di antara yang lain. 

Aku bersyukur fakultasku mengatur sistem pengumpulan judul terlebih dahulu lalu mengerjakan proposal bersamaan dengan dosbing yang telah ditentukan. Ternyata, ada lho prodi lain yang harus menulis dan mengumpulkan proposal, tetapi belum tentu diterima sehingga mereka harus mencari topik lain dan menulis proposal lagi. Kalau ditolak lagi, maka harus mencari dan menulis terus topik dan proposal lain.

Aku bersyukur kami dicekoki banyak jurnal sampai mabok teori sehingga setidaknya kami tahu susunan skripsi itu seperti apa walaupun kami bingung bagaimana menuangkan pikiran kita ke dalamnya. Ternyata, ada lho yang kaget dan sama sekali tidak memiliki pengetahuan tsb.

Mendapat dosen pembimbing yang cerewet dan selalu menagih draft skripsi sehingga merasa terganggu dan diburu-buru? Setidaknya harus disyukuri karena ada lho yang harus digantung kepastian dari dosen sehingga harus bersabar berjuang menunggu respon beliau.

Mengeluh mendapat dosen pembimbing yang killer, setidaknya bukan penguji kalian yang killer kan?

Kesal ya dengan dosen pembimbing yang selalu memberikan revisian sehingga waktu untuk mendaftar sempro dll semakin lama? Sabar ya, mungkin ini waktu kalian untuk lebih memahami topik penelitian sehingga tidak ada revisi lagi dari penguji.

Kesal karena ada banyak tahapan, seperti sempro, semhas, dan ujian skripsi, sedangkan prodi lain langsung ujian skripsi? Memang terlihat banyak. Mungkin kalian berpikir kenapa nggak dijadikan satu saja langsung sidang biar nggak ribet. Kalian mungkin belum menyadari, banyaknya tahapan ini melatih kalian untuk lebih memahami topik dan siap dalam ujian nanti lho.

Mungkin kalian juga pernah kesal kenapa dosen lama banget memberikan revisian. Yang sabar ya. Memang sabar ini sangat mudah diucapkan dan terdengar klise. Tapi mau bagaimana lagi? Ada banyak hal yang harus diurus oleh dosen, bukan hanya kita aja, bukan? 

Ada kalanya kita merasa jenuh sampai tidak mau membuka laptop lagi. Ada kalanya juga kita merasa buntu sehingga tidak tahu lagi apa yang harus ditulis pada skripsi kita. Stop! Tarik napas, hembuskan, kemudian kerjakan lagi. Gapapa kok kalau mau istirahat sejenak, misal selama sehari, tapi jangan sampai kebanyakan cheating day ya. Konsisten kerjakan setiap hari. Belajar mendisiplinkan diri. Mungkin kalau 1 jam sehari tidak membuahkan hasil, besok jamnya ditambahin. Begitu setiap hari sampai menemukan formula durasi jam yang tepat. Gapapa kok walaupun 6 jam sehari tapi 5 jamnya hanya bengong liat laptop tanpa tahu apa yang harus ditulis dan 1 jam aja yang berkualitas. Yang penting, ada progres walaupun hanya 1 paragraf.

Pasti pernah kan malas banget mau ngerjain skripsi beserta revisiannya? Sempat terpikir dosbing nggak? Pasti nggak, kan? Kita lebih terfokus pada keluhan kita, bahkan tanpa sadar mengumpat dosbing karena terus-terusan memberikan revisian. Padahal, dosbing ingin yang terbaik buat kita, lho. Mereka rela meluangkan waktu untuk membimbing dan merevisi draft kita supaya lebih bagus. Memang, membimbing adalah salah satu tugas mereka, tapi apa salahnya kita menghargai usaha dan kesabaran mereka. Mereka yang akan menjadi penolong kita di hadapan penguji nanti. Ternyata, skripsi tidak hanya tentang kita, tapi juga tentang bagaimana kita menghargai usaha orang lain. Mereka aja nggak malas untuk melihat dan merevisi draft kita, masak kita iya? Jadi, yuk berikan usaha dan hasil yang terbaik untuk mereka supaya pengorbanan mereka tidak sia-sia 😊

Sempat berpikir untuk menyerah? Misal membayar joki? Aku sempat berpikir seperti ini saking lelahnya kapan skripsi ini akan berakhir. Tapi, mengingat kembali usaha dan pengorbanan dosen dan juga perjalanan kuliah dari awal hingga tahun ke-4 ini, nggak sayang tuh kalau dilepas begitu aja? Apa yang kita dapatkan selama 4 tahun ini? Jadi, mau tidak mau, skripsi harus diselesaikan berdasarkan kemampuan maksimal diri sendiri.

Pernah bertanya-tanya nggak kenapa dosbing masih terus ngasih revisian, sedangkan menurut kita draft tsb sudah layak untuk semhas atau ujian? Setiap hari kita meminta sama Tuhan kapan dosbing mengijinkan. Sadar nggak? Mungkin Tuhan tahu kalau kita belum siap. Kita hanya terbakar postingan teman yang sudah mencapai hal tsb lebih dulu. Namun, saat kita sudah angkat tangan alias berserah dan tidak mempertanyakan 'kapan' lagi, saat itulah Tuhan turun tangan.

Setelah melewati sempro dan semhas, stage terakhir yang harus dilewati adalah ujian skripsi. Siap nggak? Nggak ya? Sama. Tapi, siap tidak siap, tahap ini harus dan pasti dilewati, bukan? Kalau menunggu siapnya ya kapan? Nggak akan pernah ada kata siap. Permasalahannya adalah mau cepat selesai atau tidak? 

Ada kalanya kita iri dan menjadi tidak pede saat melihat teman-teman kita memposting foto sempro, semhas, ujian skripsi, atau bahkan wisudanya terlebih dulu di media sosial. Kita jadi terserang anxiety dan menjadi overthinking karena skripsi kita belum juga selesai. Kita jadi membandingkan pencapaian kita dengan orang lain. Stop liat story mereka! Fokus pada diri masing-masing karena proses tiap orang itu beda-beda.

Jadi, skripsi troopers, tetap semangat ya ngerjain skripsinya sampai selesai :) Aku tahu kok ini nggak mudah. Akan ada banyak rasa lelah, jenuh, umpatan, keluhan, atau bahkan tangisan. Tapi, aku yakin kalian pasti bisa. Kerjakan pelan-pelan asalkan ada pogres tiap harinya. Nikmatin setiap prosesnya. Aku berani jamin kalau usaha kalian nggak akan sia-sia 💓💓 Jangan lupa kesehatan kalian juga ya...

Untuk yang sudah berhasil melewati serangkaian proses ini, selamat! You've done a great job! Semangat selalu melewati tahapan yang lain ke depannya 💪💕

(All picts by pinterest.com)


Click the link below to read another article about my thought.

https://ailifejournal.blogspot.com/2021/03/thought-mengapa-memilih-sastra-inggris.html

Comments

Popular Posts